Solok, Kupas-news.com- Untuk menjadi seorang sarjana mejadi cita-cita bagi anak muda setelah menamatkan sekolah SLTA. Ada yang punya kecerdasan, namun terkanjal persoalan ekonomi. Namun, terkadang harta melimpah, semangat dan minat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana yang kurang.
Memang ibarat pepatah, dimana ada kemauan pasti disana ada jalan terbaik. Hal itu dibuktikan oleh Indra, pria kelahiran Lembah Gumanti-Solok ini berkisah, kepada media www.kupas-news.com, Rabu (9/9/2020), bahwa semenjak tamat sekolah Madrasah Aliyah Negri (MAN) Lembah Gumanti tahun 2012/2013.
ia bercita-cita ingin menjadi seorang abdi negara atau polisi. Dengan memiliki tinggi tubuh yang mumpuni dan ingin membanggakan keluarga dan mengharumkan kampung halaman.
Namun, cita-citanya kandas sebelum mendaftarkan diri untuk jadi polisi. Bukan ketidak seriusan, namun lagi-lagi faktor ekonomi yang menjadi batu ganjalannya.
Indra menjelaskan, saat itu orang tua saya cuma bekerja sebagai buruh angkut barang orang di pasar, jangankan untuk biaya masuk polisi, untuk makanpun kami agak susah dan ditambah kami 9 bersaudara, urainya dengan mata berkaca-kaca.
" Nah, disinilah saya belajar tentang kehidupan orang tua, pengorbana dan perjuangan orang tua untuk anak-anaknya," pungkas Indra lagi.
Tambah Indra, kami 9 bersaudara, melihat kondisi orang tua saya menangis, sedih dan terenyah melihat orang tua seperti itu. Maka, saya niatkan dan bulatkan tekad setelah tamat sekolah ingin membahagian kedua orang tua.
" Karena tes polisian tidak lulus, maka saya ikut pelatihan security selama 3 bulan. Namun, setelah itu saya berusaha mencari pekerjaan tapi nihil juga," terangnya berkisah
Pada akhirnya, berawal sebagai pelatih Pramuka sekolah 2019 MTsN 3 Solok menjadi tenaga honorer. Disanalah, dasarnya ditawari oleh kepala sekolah sebagai clening service, menyapu, ngepel ruangan guru bahkan mencuci piring.
Pada tahun 2016 baru ditawarkan menjaga keamanan. Disana lah mulai terbesit difikiran bahwa tidak selamanya seperti ini, saya mesti melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Tentunya dengan biaya sendiri dari hasil gaji sebagai cleaning service, cakap Indra.
Dan saat itu, saya beranikan diri mendaftar di Kampus STIA- LPPN Padang, karena ada peningkatan gaji dari Kepala Sekolah Pak Maidison. Saya mesti bekerja keras untuk membiayai kuliah. Saya bekerja sebagai Satpam juga sebagai cleaning sevice,
" Tidak ada malu bagi saya, hina jadi mulia, badai pasti berlalu. Niat saya cuma satu, ingin orang tua bahagia, terangkat harkat dan martabat keluarga. Sebab, 9 bersaudara baru saya yang sampai ke perguruan tinggi," ulasnya dengan sedikit uraian air mata.
Sekarang alhamdulillah, tanpa disadari gelar sarjana sudah didapatkan, tidak sia- sia perjuangan bolak balik Padang-Solok. Akhirnya, saya bisa menamatkan studi sarjana di STIA LPPN Padang, gelar ini ku persembahkan buat orang-orang tersayang, kata Indra menutupi kisahnya. (hr1)